Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Setan Gabut | Setan's Inferno Episode 1

 

Setan Gabut | Setan's Inferno Episode 1

Cara membuat setan takut ialah dengan cara mengambil ponsel, merekamnya, dan mengunggahnya di media sosial

Setan Gabut | Setan's Inferno Episode 1

SRAWUNG – Pada malam Jumat kliwon, para setan memutuskan untuk tidak menakut-nakuti manusia. Beberapa minggu ini mereka merasa gagal menunaikan tugas menjadi makhluk yang mengerikan. Itu bermula ketika Setan Pemabuk berniat mengusili orang-orang bermain kartu domino di cakruk. Saat orang-orang tengah asyik menikmati permainannya, Setan Pemabuk datang. Dia mengangkat kartu tinggi-tinggi, memutarnya lalu menjatuhkan kembali ke bawah. Orang-orang ketakutan sementara Setan Pemabuk puas karena merasa pekerjaannya berhasil.

Namun, salah seorang kemudian mengambil ponsel dan merekam apa yang terjadi di tempat tersebut. Dengan keberanian yang dimiliknya, orang tersebut mengelilingi, mencari tahu musababnya. Setelah lama, dia menemukan pangkalnya. Setan Pemabuk tertangkap kamera. Sebetulnya Setan Pemabuk malah senang karena perawakannya yang mengerikan bisa dilihat orang dan semakin membuat takut. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, orang-orang malah menantang Setan Pemabuk dan menggodanya.

Video tersebut lantas viral di media sosial. Ditonton ratusan ribu orang dan dibagikan lebih dari puluhan ribu kali. Di kolom komentar banyak orang yang menertawakan Setan Pemabuk. Sejak saat itu ketika para setan mulai menakuti manusia, orang-orang sudah siap dengan smartphone di tangan masing-masing. Reputasi setan menurun drastis, tidak ada lagi gairah untuk membuat manusia lari terbirit-birit.

***

Para setan berkumpul di tengah area pemakaman. Suasana gelap, hanya rembulan yang bersinar. Aroma bunga melati menguar, angin lembut berembus. Burung gagak bertengger di pohon yang biasanya sudah memejamkan mata, tetapi melihat para setan berhimpun membuatnya penasaran ingin menguping.

“Sejak mengubah status menjadi setan sepuluh tahun lalu, baru kali ini aku diremehin manusia.” Setan Satpam membuka suara.

Seluruh yang berkumpul diam, tak ada tanggapan. Mereka tampak berpikir untuk me-remake cara yang ampuh untuk kembali membuat manusia bergidik ngeri.

“Gagal menakuti manusia itu lebih menyakitkan daripada didatangi malaikat,” kata Setan Polisi.

“Memangnya gimana dulu kau waktu dihampiri malaikat?” tanya Setan Petani penasaran. Tak hanya manusia, setan pun juga bisa penasaran.

“Waktu itu aku meninggal hari Jumat. Setelah orang-orang pulang menguburkanku, ada makhluk yang datang, besar menyilaukan. Kupikir itu adalah malaikat. Sontak aku memunggunginya karena ketakutan. Mana belum menyiapkan jawaban lugas. Tetapi untungnya aku bisa menyiasati. Sebelum makhluk yang kupikir malaikat itu bertanya, aku dahului, ‘Maaf Anda saya tilang karena tidak memakai atribut yang lengkap.’ Kemudian makhluk itu langsung putar arah,” tandas Setan Polisi.

“Tapi aku kok enggak gitu ya,” Setan Petani mengerutkan dahi.

“Lha terus gimana?” tanya Setan Preman yang baru datang. Dia sedikit terlambat karena habis memalak Setan Anak di kuburan desa sebelah.

“Aku meninggal hari Minggu karena terkena angin duduk. Setelah orang-orang pulang dari kuburan, aku sedikit bersantai. Aku berpikir bahwa malaikat libur bertanya. Tapi dugaanku salah besar. Malaikat datang, aku langsung gemetaran. Di saat ketakutan yang teramat itulah, sebuah ide melintas di kepala. Ketika malaikat mulai bertanya, aku mencoba menawarkan nasi beserta lauk untuk mengulur waktu.”

“Gimana selanjutnya?”

Seluruh setan memperhatikan cerita dari setan Petani. Beberapa di antara mereka mendekatkan tempat supaya bisa meraih posisi yang tepat.

“Usahaku gagal. Malaikat tambah marah dan aku jadi bulan-bulanan juga olok-olokan.”

“Hahaha ... goblok kau,” timpal Setan Preman sembari tertawa, diikuti seluruh setan.

Hari semakin malam. Awan mendung melintas, sempat menutupi rembulan yang menjadi satu-satunya penerangan. Satu-dua setan mulai meninggalkan tempat karena mengantuk.

Perhatian para setan teralihkan oleh kedatangan dua orang membawa sesajen. Mereka berdua menuju pohon beringin yang terletak di belakang area kuburan. Para setan sedang malas mengganggu, mereka hanya menyaksikan ritual yang dilakukan dua orang itu. Satu orang memberikan sembah kepada pohon sembari mengucapkan mantra-mantra dan memohon doa. Satu orang lagi mengawasi sekitar dengan senter yang tergenggam.

“Enggak bosan tuh manusia setiap malam Jumat harus nyembah pohon,” ujar Setan Pengusaha kemudian melengos.

“Manusia teguh pendirian itu,” Setan Pengacara menambahkan.

“Aku dulu juga sama seperti manusia itu. Diberi tahu kawan jika ingin usaha lancar harus meminta bantuan kepada penunggu pohon itu. Eh, bukannya semakin maju tetapi lama kelamaan malah blangsak. Bangkrut,” gerutu Setan Pengusaha.

Semasa hidup, memang setan Pengusaha merasakan beberapa kali kegagalan. Tetapi kegagalan paling membekas ketika dia mengandalkan jimat dari pohon beringin itu sebagai pelopor usahanya. Yang didapatkan malah kerugian besar. Sejak saat itu hingga kematiannya menjemput, dia tidak pernah lagi berurusan dengan pohon beringin dan pohon-pohon yang lain.

“Nasib kita sama. Aku juga dulu seperti itu. Waktu mau nyalonin menjadi kepala daerah, setiap hari-hari tertentu aku juga rajin ke pohon itu. Membawa segala syarat yang diminta. Eh ... pas pemilihan malah kalah sama anak ustaz.” Setan Pejabat ikut masuk dalam pembicaraan.

“Hahaha .... Syukurin. Makanya kalau punya banyak duit tuh bagi-bagi. Jangan dimakan sendiri.” Tawa Setan Pemulung pecah.

Dia tampak puas menertawakan Setan Pejabat. Lantaran semasa hidup, Setan Pemulung harus beberapa kali menahan lapar. Setiap kali melihat pejabat naik mobil mewah, dia selalu geram. Tak pernah sekali pun pejabat itu mempedulikan nasibnya yang luntang-lantung. Makanya, ketika Setan Pejabat bercerita tentang hal tersebut langsung disambut hujatan oleh Setan Pemulung.

Seekor burung gagak terbang di atas para setan yang berkumpul. Suaranya keras memekakkan telinga. Setan Pemabuk kaget, lalu mengumpat. Burung gagak tersebut langsung menghilang, menuju salah satu pohon yang menjadi tempat tinggal.

“Aku mau cerita,” ujar Setan Pujangga. Suaranya lemah, aura kesedihan nampak di mukanya.

“Mau cerita apa kau? Dari masih hidup sampai sekarang menjadi setan kerjaanmu cuma membual dan memperkaya kalimat indah saja,” ejek Setan Sopir. Beberapa setan lain cekikikan.

“Sebelum para setan kehilangan reputasi di kalangan manusia, aku lebih dulu kehilangan nama di dunia pujangga. Adalah seorang wanita berparas biasa. Tidak ada yang spesial darinya. Penampilannya tertutup membuat orang lain tidak pernah menganggap ada. Ditambah kesibukannya selalu datang ke masjid di kala waktu salat tiba, semakin menjauhkan dari laki-laki yang ingin berkenalan dengannya. Dia tidak bekerja dan hanya mengabdikan diri di sebuah pondok.” Pandangan Setan Pujangga nanar. Dia tidak berkedip selayaknya setan yang lain.

Para setan mulai tertarik dengan cerita mantan pujangga yang baru dua tahun menghuni pemakaman itu. Setan-setan tersebut nampaknya penasaran dengan kisah Setan Pujangga selagi hidup.

“Namun aku menangkap hal lain dari wanita itu. Pesona. Sebagai pujangga yang tak pernah gagal mendapatkan cinta, aku bersumpah akan membuat dia jatuh dalam pelukan. Dengan jurus dan kiat yang ampuh, aku memulai misi. Aku masuk dalam kehidupannya, mengikuti kegiatannya, mengubah penampilan sedemikian rupa, bahkan aku juga menjadi pengajar di pondok wanita itu. Semua kulakukan demi satu tujuan: menggaetnya menjadi pasangan.

“Semakin hari wanita itu semakin memancarkan sinarnya. Jantungku berdesir saat melihatnya tersenyum kepadaku. Ini semua belum pernah kurasakan sebelumnya. Perhatianku makin mendalam kepada dia. Singkat cerita, aku memberanikan diri menyatakan cinta. Di kantor pondok yang sunyi, aku mengatakannya. Dia tersipu malu ketika serangkaian kalimat paling indah keluar dari mulutku. Dunia serasa berhenti berputar saat menunggu jawaban dari dia. Tetapi petaka itu muncul.

“Setelah beberapa saat dia diam kemudian menggelengkan kepala, di situlah semestaku serasa luluh lantak, lebur bersama harapan. Aku merasa gagal menjadi pujangga paling masyhur. Hal paling menyebalkan adalah berita kegagalanku langsung menyebar ke kalangan pujangga lain. Wajahku seperti disayat dengan pisau karena saking malunya. Lalu aku menghilang dari peradaban dan akhirnya mati akibat perasaan. Itulah kali pertama aku kehilangan reputasi,” terang Setan pujangga.

Para setan yang mendengar terlihat iba. Setan Preman yang dikenal galak mencoba menghibur dengan mengelus punggung Setan Pujangga. Setan Penjahit berpenampilan selayaknya pocong menyandarkan kepalanya ke bahu Setan Pujangga. Dia ikut larut dalam cerita Setan Pujangga lantaran semasa hidup, kesenangannya adalah membaca buku-buku patah hati.

“Terima kasih kawan-kawan. Kalian sudah sudi mendengar ceritaku. Bebanku sedikit berkurang sekarang. Walau menjadi setan sudah memikul beban yang teramat berat,” ujar Setan Pujangga. Auranya sedikit berubah, tampak ada kelegaan.

Hari telah berganti. Pagi perlahan melongok dari ufuk timur. Para setan mulai meninggalkan tempat dengan perasaan campur aduk. Sedih, menyesal, bahagia dilebur menjadi satu. Walaupun sudah tak lagi tinggal di alam dunia, tetapi setan-setan masih menyisakan sedikit perasaan di hatinya.

Ketika para setan sudah kembali ke liangnya masing-masing, ada satu setan yang masih duduk di tengah area pemakaman yakni Setan Koruptor. Dia masih merasakan penyesalan. Sebab, kuburannya telah disita oleh negara.

Bersambung.

6 komentar untuk "Setan Gabut | Setan's Inferno Episode 1"