Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Novel "Sesuk" by Tere Liye

 

Dokumentasi Pribadi

Dia bisa ke mana pun dia mau, tidak bisa dikurung.

Dia bisa pergi kapan pun dia ingin pergi, tidak ada pintu, dinding, yang bisa menahannya.

Jangan dibicarakan, jangan dibahas, jangan diganggu.

Maka mereka tidak akan mengganggu kita.

Sesuk.

Kamu akan tahu, apa dan kenapa...

Kamu akan tahu, siapa dan mengapa...

Semua kejadian...

Semoga itu belum terlambat.

***

Beberapa bulan lalu di fanpage Facebook Tere Liye mengumumkan bahwa sang juru tulis akan segera merilis novel terbaru berjudul “Sesuk”. Dilihat dari namanya mengindikasikan bahwa novel ini akan membawa nuansa horor di dalamnya. Apalagi dalam pengumumannya tersebut, Tere Liye menaruh first cover yang menggiring opini bahwa novel ini benar-benar bergenre horor.

Namun beberapa hari menjelang/sesudah perilisan (maaf saya sedikit lupa), Tere Liye menginformasikan bahwa novel Sesuk ini bukanlah novel horor. Dia menjanjikan bahwa novel ini bergenre unik dan ditulis agar pembacanya merasa deg-degan ketika menyelami kalimat demi kalimatnya.

Hal  tersebutlah yang membuat saya menjadi ikut ketika novel ini berada dalam masa PO awal bulan ini. Dengan apa yang dijanjikan sang penulis dan membaca novel-novel terdahulunya yang selalu membuat kita berpikir dan merenung, mungkin novel ini akan terasa lebih berbeda dari novel-novel sebelumnya.

Penantian selama lebih dari dua minggu, akhirnya terbayarkan setelah beberapa hari yang lalu, seorang kurir berhenti di depan rumah dan menyerahkan sebuah paket. Ketika saya membukanya ternyata itu adalah novel Sesuk yang dibubuhi tanda tangan sang penulis.

Melihat cover novel ini yang bergambar pohon besar dengan dedaunan berwarna merah ditambah nuansa sedikit mistis, membuat saya menyimpulkan sebuah pertanyaan. Dengan melihat judulnya, mengapa novel ini memilih menggunakan pohon besar sebagai cover?

Saya mulai membuka halaman pertama dan Tere Liye langsung menulis disclaimer di awal tulisannya. Sesuatu yang jarang dilakukan sang penulis dalam setiap novelnya. Seingat saya hanya novel Selamat Tinggal yang dibuka dengan disclaimer.

Setelah membaca disclaimer tersebut, pikiran saya kemudian kembali merumuskan satu pertanyaan. Mungkinkah cerita ini mengandung hal-hal sensitif?

Novel Sesuk terdiri dari 329 halaman. Tidak tipis dan tidak tebal juga. So so lah. Saya menghabiskan novel ini dalam dua hari satu malam. Saya selalu tidak ingin ketinggalan alur ketika membaca novel-novel Tere Liye. Karena memang semenarik dan semenyenangkan itu.

Novel ini berkisah tentang keluarga Gadis yang pindah dari rumah yang ada di kota ke rumah besar di perkampungan. Diketahui rumah tersebut baru dibeli oleh Ayah Gadis beberapa tahun ke belakang. Mereka memilih pindah karena ada sebuah kejadian di rumah lama yang cukup membuat bergidik. Tragis. Keluarga mereka berjumlah lima orang. Terdiri dari Ayah, Ibu serta ketiga anaknya: Gadis, Bagus, dan Ragil

Membaca deskripsi dari rumah baru keluarga Gadis ini muncul prasangka awal dari saya bahwa rumah ini adalah bekas panti asuhan. Karena rumah ini cukup besar dengan dua lantai. Lantai bawah memiliki enam kamar dan lantai atas memiliki delapan kamar. Prasangka saya ini sedikitnya benar dengan penjelasan Ayah kepada Bagus dan Gadis (p 61). Mengenai sejarah rumah baru Gadis, silakan teman-teman baca sendiri novelnya.

Satu karakter yang membuat saya iri ialah karakter Bagus. Seorang anak enam tahun yang super genius. Otaknya melampaui orang dewasa. Dia bisa memikirkan hal-hal yang luput dari pandangan orang biasa. Fun fact: Bagus adalah gembok dalam cerita ini, sementara Gadis menjadi kuncinya.

Bayangkan, anak umur segitu bisa memperbaiki radio yang sudah rusak cukup lama. Dia juga cukup vokal menjelaskan mengenai peristiwa-peristiwa aneh di perkampungan dengan ilmu sains. Yang lebih mencengangkan lagi, Bagus paham tentang prototipe canggih. Wow. Benar-benar menakjubkan.

Kemudian pertanyaan awal saya mengenai pilihan cover terjawab pada sebuah adegan Gadis berangkat sekolah (p 53). Ternyata pohon yang digambarkan di cover adalah interpretasi nyata dari pohon besar yang dianggap angker oleh warga kampung. Pohon ini terletak antara rumah Gadis dan rumah Tiur.

Tere Liye mengusung gaya penulisan berbeda dalam novel ini. Jika di novel sebelumnya dia banyak menggunakan gaya bercerita langsung dengan PoV 1/3, di novel ini dia menggunakan gaya penulisan diary sang tokoh utama, Gadis. Jadi, jika teman-teman membaca novel ini, kalian akan mendapat sensasi membaca diary anak kelas enam yang spesial. Tentu dengan tidak mengurangi rasa dari cerita itu sendiri. Seru.

Pilihan gaya penulisan tersebut bukan tanpa alasan karena Gadis sendiri merasa hidup tanpa kehadiran orang tua sejak kecil. Ayahnya sibuk bekerja dan Ibunya bergelut dengan profesi artisnya. Dia menjadi tidak punya tempat untuk berkeluh kesah, bercerita, dan mengadu. Seharusnya hal tersebut dilakukan oleh orang tua tapi dia tidak pernah mendapatkannya. Gadis akhirnya memilih menulis diary sebagai tempatnya bercerita. Untungnya, Gadis tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tidak mau merepotkan orang.

Janji Tere Liye tentang novel yang berbeda dari novel-novel sebelumnya terbayar tuntas. Novel ini benar-benar unik. Saya menangkap ada genre fiksinya, sci-fi-nya juga ada. Bahkan di klimaks ceritanya, saya merasa mengikuti kuliah dua SKS mata kuliah teknologi sains bersama sang penulis kenamaan. Informatif dan menarik rasa penasaran yang tinggi.

Ada sebuah nasehat yang saya suka dari novel Sesuk. “Waktu berjalan tidak terasa. Ratusan tahun berasa sekejap mata. Waktu melesat secepat itu. Tiba-tiba anak kalian tumbuh besar. tidak ada lagi masa kanak-kanak itu. Boleh jadi saat itu, justru kalianlah yang rindu dengan masa kanak-kanak mereka.” (p 217-218).

Nasehat kepada orang tua yang harus selalu mendidik anak mereka. Yang harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan anak-anak mereka. Karena jika orang tua abai kepada anak mereka sendiri, maka hanya tinggal penyesalanlah yang didapat.

Secara garis besar, saya menangkap ada dua pesan utama yang ingin disampaikan Tere Liye kepada pembacanya. Pertama, untuk orang tua harus bisa memainkan peran mereka sebagai orang tua yang baik. Mendidik anak tidak hanya membutuhkan materi semata, melainkan kehadiran, kasih sayang, dan perhatian yang menjadi hal utama.

Kedua, untuk lebih mengedepankan hal-hal yang sifatnya logis ketimbang mitos. Setiap kejadian, tregedi, dan musibah selalu bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Alih-alih mempercayai mitos yang belum tentu kebenarannya.

Di novel ini akan ada banyak kejutan yang telah disiapkan Tere Liye. Mulai tentang seseorang yang akan menjelajah masa depan (time travel), tentang Bagus yang menjadi sosok penting apakah dunia berlangsung baik/buruk, tentang misteri anak kecil yang menyerupai Bagus serta misteri sosok “Sesuk” akan diungkapkan secara terang benderang dalam novel.

Saya pikir “Sesuk” ini merepresentasikan tentang sebuah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan setiap harinya. Mungkin benar. Mungkin salah. Tapi setelah selesai membaca novel ini, saya menjadi paham mengapa kata “Sesuk” ini dipilih untuk dijadikan judul. “Sesuk” sangat krusial. “Sesuk” memainkan peran penting. Dan “Sesuk” bukan hanya perihal waktu.

Terakhir, seperti yang dibilang oleh Gadis, dia mengalami deja vu berkali-kali dalam hidupnya. Maka cerita ini juga tentang deja vu yang dialami oleh Gadis. Twist di ending membuat kita berpikir, sebenarnya apa yang akan terjadi di masa mendatang?

Salam literasi.

2 komentar untuk "Review Novel "Sesuk" by Tere Liye"

  1. Sebenarnya Gadis mulai curiga dg kedatangan Dokter yg sdg dlm misi menyelamatkan Bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya karena Gadis sadar kalau sosok Dokter tersebut bukanlah manusia sewajarnya. Eh jangan banyak spoiler deh, hehe

      Hapus