Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tipe-tipe Orang Menata Buku, Nomor 4 Paling Sering Dijumpai!

 

buka canva bro

Hai, readers! Bagaimana koleksi bukumu hingga hari ini? Semakin bertumpuk atau stuck karena tanggal yang kian menua? Tapi biasanya sih, pertengahan bulan toko-toko buku akan diserbu pembeli. Lupakan uang yang menipis asalkan dapat buku baru.

Melihat buku yang tertata rapi di rak serasa melihat bidadari yang jatuh ke kamar. Menyenangkan dan bikin senyum-senyum sendiri. Terkadang memandangi buku di rak juga sekaligus membayangkan, sudah berapa duit ya yang saya habiskan untuk semua ini? Pasti pernah terbersit pikiran seperti itu.

Penataan buku menjadi penting karena menyangkut kecepatan kita mencari buku. Semakin tertata maka semakin cepat pula kita mencari buku yang diinginkan. Buku yang tertata rapi juga menambah tingkat keestetikan sebuah ruangan.

Tidak dapat dimungkiri, sekarang hampir semua hal harus ditata serapi dan seestetik mungkin. Selain biar enak dipandang bisa juga difoto dan dibuat story medsos. Asyik bukan? Engagement pun langsung naik.

Ada orang yang kalau menata buku harus sesuai dengan kaidah penataan. Tak asal taruh sembarangan. Berikut tipe-tipe orang dalam menata buku.

1. Dikelompokkan Sesuai Kategori

Mungkin tipe ini paling banyak dipakai para pecinta buku dalam menata buku mereka. Mereka membagi jenis/kategori buku yang dia punya. Fiksi, non fiksi, puisi, cerpen, novel romantis, pengetahuan, hingga keagamaan.

Satu hal yang menginspirasi mengapa mereka mengelompokkan sesuai kategori karena melihat dari toko-toko buku. Di toko buku, penataan buku itu sesuai kategori. Tujuannya agar pembeli mudah menemukan buku yang mereka cari. Dengan begitu mata bisa fokus pada kategori yang diinginkan.

Selain itu menurut asumsi saya, pengelompokan buku sesuai kategori menandakan keperfeksionisan seseorang. Mereka tidak ingin mencampur satu hal dengan hal lain. Fokus. Tidak terganggu dan tidak ingin diganggu oleh apa pun.

Contoh sederhananya ialah kalau dia sudah memutuskan untuk membaca satu buku maka dia tidak akan beralih ke buku yang lain sebelum menuntaskan apa yang telah dia mulai.

2. Dikelompokkan Sesuai Warna Buku

Ada dua cara menata buku sesuai warna. Pertama dengan mengelompokkan full warna. Misal, dia mempunyai buku yang bersampul hitam. Jadilah semua buku yang bersampul hitam dijadikan satu. Begitu pun dengan warna lain.

Kedua, dengan membentuk gradasi warna. Jika dia mempunyai buku yang beragam warna, maka dia akan menata sesuai kecerahan. Misal, buku berwarna hitam didahulukan. Terus saja menata agar warnanya memudar hingga terang. Biar mudah dimengerti, kalian bisa melihat gradasi warna dari gelap ke terang.

Risiko dari mengelompokkan buku sesuai warna ialah harus hafal judul buku dan warna cover. Walaupun ketika mencari judul bisa dilihat di punggung buku. Namun lebih cepatnya harusnya hafal judul dan cover. Pada dasarnya pembaca buku mestinya hafal warna cover yang buku dia baca.

Mungkin orang seperti ini mempunyai tipe lebih menyukai keindahan. Kalau liburan, dia lebih sering ke alam, menikmati panorama yang memanjakan.

3. Dikelompokkan Sesuai Nama Penulis

Menata buku sesuai nama penulis juga banyak dipakai oleh orang. Biasanya para pembaca mempunyai penulis favorit di mana mereka akan membeli semua buku yang telah diterbitkan penulis tersebut. Pasti ada rak khusus untuk menempatkan buku dari penulis favorit tersebut.

Seperti di Gramedia. Di sana ada rak khusus yang berisi bukunya Tere Liye. Karena Tere Liye mempunyai basis pembaca yang besar dari berbagai kalangan. Dan semua bukunya pasti ludes terjual.

Hal ini yang diadopsi orang untuk menata koleksi buku mereka. Di rak pertama khusus untuk buku dari penulis A. Di rak kedua ada buku penulis B, dan seterusnya.

Sebenarnya mengelompokkan buku sesuai dengan nama penulis adalah hal yang banyak disukai. Karena enak aja dipandang. Kita seakan punya kedekatan batin dengan penulis tersebut walaupun belum pernah bersua. Seperti ungkapan yang sering kita dengar, “Jika kamu ingin mengenal lebih dekat seorang penulis, maka bacalah karya-karyanya.”

4. Ngawur (Asal Taruh)

Nah yang terakhir ini agak unik. Mereka pecinta buku tapi tidak terlalu memperhatikan segi penataan. Kalau selesai baca ya taruh seenak hati saja. Asalkan di rak. Bercampur dengan buku-buku yang lain. Bodo amat. Mau kemudian kebingungan mencari buku, ya pikir nanti saja.

Dipandang dari sisi keindahan, jauh dari kata estetik. Yang ada amburadul. Konsekuensinya ialah akan sulit mencari buku-buku lain. Dan itu pasti. Bayangkan kita asal taruh buku di rak. Kemudian kita hendak mencari buku yang lain. Lama pasti mata kita menyelaminya. Yang ada malah mengobrak-abrik, malah membuat buku semakin tak beraturan.

Menurut saya, orang yang menganut tipe ini cenderung lebih suka kebebasan. Tidak terlalu suka diikat oleh peraturan. Dia bisa melanglang dari satu tempat ke tempat lain. Dia tidak mudah terpikirkan oleh omongan orang. Waktunya fleksibel. Dan yang paling penting, dia terbiasa oleh rencana dadakan.

Namun apa pun itu, sejatinya menata buku ialah selera masing-masing orang. Seberantakan apa pun orang menata buku, pada suatu hari dia akan merapikan bukunya tersebut. Pasti tidak akan betah melihat buku tak tertata dengan baik. Begitu pun sebaliknya. Lebih pentingnya lagi dari menata buku ialah terus membaca dan memahami maknanya.


Posting Komentar untuk "Tipe-tipe Orang Menata Buku, Nomor 4 Paling Sering Dijumpai!"